Senin, 05 Oktober 2015

Potret Problematika Etnis di Indonesia



             Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, baik itu adat istiadat,ras atau suku bangsanya. Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang terbentang dari sabang sampai merauke turut menambah alasan adanya nilai kebudayaan yang berbeda. Letak geografis serta latar belakang budaya yang ada inilah menciptakan adanya suatu perbedaan akan kekayaan budaya yaitu berupa agama,suku/etnis,adat istiadat,dan bahasa yang digunakan. Indoensia yang memiliki berbagai macam keragaman suku bangsa yang terbagi kedalam beberapa skala mayoritas maupun minoritas ini acapkali terjadi adanya ketimpangan sosisal di dalamnya maupun gesekan secara horizontal antara etnis satu dengan etnis yang lainya. Indonesia yang menerapkan adanya toleransi antar sesama masyarakat sendiri nyatanya masih belum di sadari sepenuhnya oleh masyarakat di Indonesia.

             Jika kita berbicara mengenai toleransi yang terlintas pertama kali dalam fikiran kita adalah mengharagai orang lain. Sikap toleransi yang sehari-hari kita ketahui adalah suatu sikap yang menghargai kepentingan dari orang lain, Lantas apakah sebenarnya toleransi itu? Toleransi adalah sifat atau sikap toleran antara dua kelompok yang berbeda kebudayaan itu saling berhubungan dengan penuh. Toleransi sendiri memang suatu sifat yang sangat vital perannya dalam kondisi yang sangat dibutuhkan oleh suatu negara yang memiliki banyak keragaman etnis serta budaya didalamnya. Perbedaan akan pandangan,sikap serta ajaran dari berbagai etnis tersebut memang sangatlah berbeda dan tidak jarang juga sering menimbulkan adanya konflik antar etnis tersebut.
            Konflik antar etnis ini didasari oleh adanya suatu pandangan yang berbeda dari segi ajaran yang dianut serta sikap yang dilakukan diantara kedua belah pihak yang berselisih. Faktor yang sering menjadi perdebatan adalah adanya sikap merasa etnis yang di ikutinya adalah merupakan etnis yang sudah benar dan merupakan etnis yang paling baik serta menganggap bahwa etnis lain itu berada di bawah etnis yang mereka ikuti atau yang bisa di sebut sebagai sikap primordialisme.
            Potret problematika etnis yang seperti itulah yang menyebabkan muncul berbagai konflik yang ada di Indonesia yang sebenarnya mengemban teguh prinsip Bhenika Tunggal Ika. Prinsip yang di emban teguh tersebut seharusnya menjadi suatu bentuk kesatuan yang lebih merekah dan kuat untuk menghadapi adanya berbagai konflik antar golongan maupun kelompok etnis yang berlatarbelakang mayoritas maupun minoritas ini.
            Mari kita ingat kembali konflik antar etnis pada tahun 2001 antara etnis dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura yang berlangsung sepanjang tahun ini. Konflik yang terjadi di kota sampit , Kalimantan tengah dan meluas ke seluruh provinsi termasuk di ibu kota palangkaraya ini pecah pada tanggal 18 Februari 2001. Salah satu latar belakang konflik ini adalah ketika dua warga Madura yang diserang oleh sejumlah warga Dayak,namun dalam versi yang berbeda mengatakan bahwa perang ini dilatar belakangi oleh adanya ketidak puasaan etnis dayak yang merupakan etnis asli daerah kota sampit ini atas persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif, Serta alasan lain konflik ini juga terjadi karena pembakaran sebuah rumah dayak yang disebabkan oleh warga Madura. Entah manakah alasan sebenarnya yang mendasari adanya konflik yang sampai terjadi perang yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang cukup banyak ini.Tragedi Perang sampit ini adalah termasuk tragedi yang paling kelam dalam sejarah konlik antar etnis di Indonesia , dimana dalam perang ini terjadi pembantaian manusia dengan memenggal kepala lawan yang sungguh-sunggu tidak manusiawi, sungguh potret kepiluan yang amat menyedihkan untuk di kenang.
            Problematika konflik etnis yang juga pernah terjadi di Indonesia adalah pertentangan antara warga asli lampung dengan warga bali yang berada di lampung. Konflik yang di Latar belakangi oleh adanya kesalahpahaman diantara dua kubu yang menganggap kelompoknya lebih tinggi dari kelompok lain.Sikap primordialisme yang muncul dalam masyarakat inilah yang mempertajam perbedaan etnis di Indonesia. Jika kita lihat kembali pada tahun 1998 pun juga pernah terjadi konflik etnis tionghoa yang di nilai masyarakat pribumi  sebagai etnis yang menguasai perdagangan dan perekonomian indoensia saat itu, adanya inflasi yang cukup tinggi saat itu mendorong masyarakat pribumi untuk merusak , mengambil bahkan merampas sejumlah barang berharga milik etnis tionghoa dan tak jarang juga melukai bahkan membunuh beberapa orang dari etnis tionghoa.

            Sebenarnya masih banyak lagi berbagai konflik antar etnis yang terjadi di Indonesia.Lantas apa sebenarnya manfaatnya untuk tetap mempertajam perbedaan yang ada dari setiap etnis? bukannya hidup berdampingan lebih baik dilakukan untuk saat ini. Perpecahan karena memiliki sikap primordialisme ini lah yang sebenarnya akan memperlemah kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Memang jika kita lihat sekarang Indonesia masih tetap aman dan belum terkuak adanya perbedaan etnis ini,namun akankah sebenarnya konflik antar etnis di Indonesia akan terjadi kembali jika kita masih tetap memiliki sikap primordialisme pada diri kita? Sungguh potret yang cukup mengelikan terjadi di negara yang memiliki kekayaan  budaya ini, Itulah sedikit problematika etnis di Indonesia yang mungkin sudah terlupakan dalam ingatan dan fikiran kita semua .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar