ELITE CAPTURE DALAM PEMILIHAN UMUM
KEPALA DAERAH DI INDONESIA
Elite
Politik merupakan salah satu aktor penting dalam pemilihan umum kepala daerah,
calon kepala daerah menjadi kepanjangan tangan dari elite Politik. Namun, jika keberadaan elite politik ini tidak mendapatkan perhatian ekstra
justru akan berdampak negatif bagi
masyarakat. Elite politik dalam konsep Elite
Capture adalah sekelompok orang yang memiliki kapasitas atau tujuan
tertentu dengan menggunakan politik atau kekuasaan sebagai alat untuk mencapai
kepentingannya. Pengertian ini serupa diungkapkan oleh Bottomore, istilah elite
secara umum digunakan untuk menyebut kelompok-kelompok fungsional dan pemangku
jabatan yang memiliki status tinggi dalam suatu masyarakat untuk mencapai
kepentingan[1].
Meningkatkan perhatian
pada elite politik didaerah menjadi urgensi tersendiri. Perhatian dapat
dilakukan dengan melakukan tindakan untuk menghentikan eksistensinya
Berpartisipasi dalam pemilukada adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilukada akan menentukan sejauh mana
calon tersebut diakui atau diterima oleh masyarakat didaerah tersebut termasuk
isu atau berita adanya campur tangan elite politik dalam pencalonan kepala
daerah, kondisi politik daerah tersebut dikendalikan oleh elite politik atau bersifat independen[2].
Apakah isu tentang adanya
calon kepala daerah yang didukung oleh elite penguasa didaerah tersebut dapat mengurangi
tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilukada? Jawaban tersebut dapat dilihat
dari dinamika masyarakat daerah tersebut dalam merespon, apakah cukup
mempergaruhi atau bahkan sama sekali tidak berdampak signifikan dalam
partisipasi masyarakat dalam pemilukada.
Contoh elite capture
dalam Pemilihan umum kepala daerah ini terjadi pada pemilihan umum Bupati
Kediri tahun 2016 lalu, dimana kehidupan politik didaerah ini terkenal dengan
adanya dinasti politik selama 15 tahun yang melibatkan satu keluarga dalam
beberapa jabatan penting di pemerintahan dan didukung oleh elite politik daerah
tersebut yaitu para pengusaha hitam di Kediri.[3]
Direktur Eksekutif Aliansi Peduli Lingkungan sebagai Lembaga Pemantau Pemilihan
Kepala Daerah Kabupaten Kediri, Taufiq Dwi Kusuma pada 2016 lalu mengatakan,
angka partisipasi pemilih sebanyak 627.175 atau 51.6% dengan angka golput
sebanyak 48,4%. Hal ini dikarenakan masyarakat Kediri mengalami kejenuhan dan ketidak yakinan dengan Calon
Bupati yang mendapatkan dukungan dari pengusaha hitam yang merupakan calon incumbent dari dinasti politik Kediri.
Jika dikaitkan dengan
kasus pemilukada bupati Kediri tahun 2016 lalu, Calon Bupati yang dikenal oleh
masyarakat sebagai calon Incumbent
dari dinasti politik Kediri dan dukungan dari pengusaha hitam Kediri membawa
dampak yang cukup signifikan dalam tingkat partisipasi masyarakatnya. Dalam hal
ini masyarakat cenderung merespon isu dan kemudian menghubungkannya dengan
fakta dilapangan sebagai suatu keputusan yang menjadikan dasar tindakan yang
mereka lakukan yakni memilih untuk tidak berpartisipasi dalam pemilihan bupati
Kediri pada tahun 2015 lalu.
Dalam teori elite capture peran dari elite politik didaerah ini sangat mendominasi, konsep ini biasa
disebut sebagai shadow state atau
pemerintahan bayangan. Ketika elite politik sudah masuk dan sudah berperan dalam
kehidupan politik suatu daerah maka yang terjadi bukanlah pemerintahan yang
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat melainkan pemerintahan yang selalu
memberikan keuntungan dan ruang bagi para elite politik untuk mempertahankan eksistensi
mereka. Serupa dengan konsep Elite Politik konservatif, Elite berusaha mempertahankan kekusaannya denga
berorientasi pada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan. Untuk
mempertahankan kepentingan pribadi mereka cenderung mempertahankan keadaan
politik yang sedang mereka kuasai.
Elite politik yang memang banyak diisi oleh para
pengusaha untuk kegiatan bisnis, mereka
tak akan tanggung-tanggung mengeluarkan uang banyak untuk mendukung calonnya
tersebut menang. Karena dia akan mendapatkan keuntungan dari uang yang sudah
dia keluarkan dengan melakukan berbagai manifestasi kemudahan dalam
kegiatan-kegiatan pemerintahan.
Pemerintahan yang
dikendalikan oleh elite politik ini akan terus eksis apabila tidak mendapat
perhatian ekstra dari masyarakat. Masyarakat harus berpartisipasi dalam
mengawal kondisi politik didaerah mereka. Terkait hal ini Adanya fenomena elite
politik didalam dunia perpolitikan daerah tersebut cukup berpengaruh dalam
proses pemilihan umum kepala daerah, seperti ketidakpuasan masyarakat terhadap
calon kepala daerahnya karena eksistensi calon tersebut dikaitkan dengan elite politik dibelakangnya yang tentu akan meminta
bagian atau keuntungan atas kemenangannya.
Banyak reaksi yang muncul
dari masyarakat yang biasanya berupa tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemilukada yang rendah, ini merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan
masyarakat jika calon kepala daerahnya tidak dikehendaki. seperti kasus
pemilukada di Kediri tahun 2016 lalu ini, tingkat partisipasi masyarakat yang
rendah tersebut merupakan wujud tindakan yang dilakukan oleh masyarakat karena
mereka tau bahwa keadaan politik didaerah mereka dikuasai oleh elite politik dibelakangnya, namun mereka tidak bisa
bertindak terlalu jauh, dan hanya melakukan suatu tindakan yang dianggap mereka
benar.
Pandangan berbeda justru
berasal dari Roberto Michells (1876-1936) dan Jose Ortega Y. Gesset percaya
bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai
kualitas untuk diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan
politik yang penuh[4].
Munculnya elite politik ini menjadi problematika tersendiri terhadap tingkat
partisipasi politik masyarakat.
Tingkat partisipasi
masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya isu penguasaan elite akan cenderung direspon oleh masyarakat jika
penguasaan elite tersebut dalam politik
membawa dampak buruk dalam kesejahteraan masyarakat namun apabila keberadaan elite
tersebut dalam kehidupan politik daerah
tidak terlalu membawa dampak buruk yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat
didaerah tersebut mungkin tidak akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan
pada partisipasi politik masyarakat daerah dalam pemilukada.
DAFTAR PUSTAKA
Ismarini, Ani. 2014.
“Kedudukan Elite Pribumi Dalam Pemerintahan DiJawa Barat (1925
1942)“ Jurnal Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Unpad. Vol. 06 No. 2, 2014.
Subekti,Tia. Skripsi “Partisipasi Politik Masyarakat
Dalam Pemilihan Umum: StudiTurn Of
Voter Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
Kabupaten Magetan Tahun 2013“.
Malang:Universitas Brawijaya,2014
Husen, M. Rahmi “Konflik Elite Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur Dan
Wakil
Gubernur
Provinsi Maluku Utara Tahun 2007” jurnal Holistik, Tahun IX No.18 hlm,8,
2016
Eriyanto. 2012. “Dinasti politik dalam pilkada: menguntungkan
atau merugikan kandidat?
(kasus pilkada kabupaten Kediri) “ Jurnal Ilmu Pemerintahan FISIPOL UI
diakses pada 5 Oktober 2017 pukul 19.22
WIB ditulis oleh Yudistira Pratama dalam suara
revolusi.com
pada 5 Oktober 2017 pukul 20.45 WIB dalam
Dibalik partisipasi Pilkada 2015 'yang
menurun' 11 Desember 2015
Tingkat Partisipasi Pemilih Pilkada Kediri Rendah
diakses pada 6 Oktober 2017 pukul 14.22
WIB
Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
[1] Ani Ismarini. 2014. “Kedudukan Elite Pribumi
Dalam Pemerintahan DiJawa Barat (1925-1942) “ Jurnal Program Pascasarjana Fakultas Ilmu
Budaya Unpad. Vol. 06 No. 2, 2014. Hlm.7
[2] Tia Subekti, Skripsi
“Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum: StudiTurn Of Voter Dalam
Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Magetan Tahun 2013“. (Malang:Universitas
Brawijaya,2014)
[3]
Eriyanto.
2012. “Dinasti politik dalam pilkada:
menguntungkan atau merugikan kandidat? (kasus pilkada kabupaten Kediri) “ Jurnal
Ilmu Pemerintahan FISIPOL UI Vol. ; 68-90
[4] M. Rahmi Husen “Konflik Elite Politik Dalam Pemilihan Umum Gubernur Dan
Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara Tahun 2007” jurnal Holistik, Tahun IX
No.18 hlm,8, 2016
woow terimakasih atas apresiasinya dalam mengangkat tema politik dinasti.
BalasHapussemoga ini artikel ini bisa menambah pengetahuan dan pendidikan politik bagi rakyat indosesia.
Hai semuanya, Nama saya Angga Annisa dan saya berbicara sebagai orang yang paling bahagia di seluruh dunia hari ini sebelum sekarang saya secara finansial dipukul tanpa harapan akan bantuan apa pun, tetapi ceritanya akan segera berubah ketika saya bertemu dengan Ibu. Saya sangat senang untuk mengatakan keluarga saya kembali untuk selamanya karena saya membutuhkan pinjaman sebesar Rp.700juta untuk memulai hidup saya di sekitar karena profesi saya karena saya seorang ibu tunggal dengan 3 anak dan seluruh dunia tampak seperti itu tergantung pada saya sampai Tuhan mengirim saya kepada sebuah perusahaan yang mengubah hidup saya dan keluarga saya, perusahaan yang takut akan Tuhan, ISKANDAR LENDERS, mereka adalah Juruselamat Tuhan yang dikirim untuk menyelamatkan keluarga saya dan pada awalnya saya pikir itu tidak akan mungkin sampai saya mendapat pinjaman sebesar Rp.700 juta dan saya akan menyarankan siapa pun yang benar-benar membutuhkan pinjaman untuk menghubungi Bunda Iskandar melalui email. [iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com] karena ini adalah pemberi pinjaman yang paling memahami dan baik
BalasHapusContact Details:
e_mail Address:iskandalestari.kreditpersatuan@gmail.com>>>>
WhatsApp:::+6282274045059
Company::Iskandar Lenders"""""
Loan Amount:::Rp.700juta
Name:::::Angga Annisa
Country::::Indonesia
Occupation:Trader
Year:April,2020
Jumlah minimum>>>>>>Rp.100 juta
Jumlah maksimum>>>>>Rp.100 miliar